Malu Berlaku Tamak
Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 10 Jumadil Awal 1443
Malu Berlaku Tamak
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang kontra produktif dengan akhlaq al-karimah yang mesti diwaspadai, syukur-syukur segera ditaubati bila masih terjangkiti. Di antaranya sifat dan sikap rakus bin tamak.
Tidaklah akan berkembang biak cabang-cabang kehinaan itu, kecuali di atas biji ketamakan. Maka tuntunan iman Islam, kita mesti menjauhi sifat dan sikap tamak. Karena seseorang yang tamak ia tidak pernah merasa puas dengan hasil yang sudah didapatkannya.
Sifat tamak berakar dari hubbud dunya, cinta terhadap harta, tahta pria/wanita secara berlebihan tanpa memperdulikan halal haram; segala macam cara pun dilakukan meski dengan menyikat kiri, menyikut kanan dan memengkal yang di belakang juga menendang yang di depan.
Allah berfirman yang artinya "Dan sungguh engkau Muhammad akan mendapati mereka yang sangat rakus terhadap kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang musyrik. Mereka pun berangan‑angan agar bisa hidup seribu tahun. Padahal umur panjang itu tak akan menjauhkan mereka dari azab Allah. Allah maha melihat apa yang mereka kerjakan." (Qs. Al-Baqarah 96)
Dan Rasulullah saw bersabda, “Setiap manusia pasti akan menjadi tua. Namun jiwanya tetap muda mengenai dua perkara, yaitu tamak akan harta benda dan selalu ingin panjang umur." (HR Muslim).
Di antara indikator tamak adalah tidak mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya, terus merasa nggrangsang senantiasa tidak puas padahal telah banyak mendapatkan karunia.
Bila masih bergumam "rumput tetangga lebih hijau" berarti pertanda masih kurang bersyukur, kurang qanaah dan mengidab penyakit hati yang akut yakni tamak. Rumput tetangga itu maksudnya ya bisa rumput beneran, tapi juga bisa kiasan, maka bisa bermakna "istri/suami dan stile-nya, anak, kendaraan, rumah, tanah, perhiasan, perkakas rumah tangga sampai baju atau asesoris yang dikenakan". Dan ilustrasi sifat dan sikap tamak yang agak fulgar yang bisa saja terjadi pada siapapun dia dapat diikuti pada uraian berikut ini.
Realitasnya sudah punya rumah satu tapi tak puas juga, maka bagaimanapun harus membangun atau membeli ruko baru atau rumah yang bisa dikontrakkan sehingga setiap bulan ada pemasukan tambahan. Sudah memiliki kendaraan, tapi tak kunjung juga qanaah, malah ngotot untuk nambah yang lebih mewah agar terlihat "wah". Sudah menduduki jabatan, penginnya bisa dua tiga kali atau bahkan selamanya. Makanya setiap jelang akhir masa jabatannya, harus bergerilya, melakukan loby politik sana sini, jilat atasan bila perlu, kasak kusuk agar bertahan atau naik ke posisi di atasnya atau setidaknya diberi kompensasi jabatan lain yang serupa agar tidak terkena dampak akut dari lost power sindrom.
Duuh...! sampai kapan???
Inilah jawabannya. Dari Ibnu al-Zubair, tatkala di atas mimbar di Makkah dalam kutbahnya, beliau berkata; Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat. (HR. Bukhari)
Coba, seandainya benar, lalu sampai kapan akan tamak seperti ilustrasi di atas? Di samping itu untuk apa? Bukankah tidak dibawa mati? Bukankah semua itu akan ditinggal pergi? Atau semua itu justru yang lari dari pelukan diri ini? Istighfar, istighfar, istighfar, taba ilallah.
Semoga kita tidak tamak, sehingga terhindar dari siksa neraka. Aamiin.