Hidup itu Menanam
Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 18 Rabiul.Akhir 1443
Hidup itu Menanam
Saudaraku, bila kita percaya nasihat bahwa dunia itu sawah ladangnya akhirat (al-dunya mazra'at al-akhirat), maka saat hidup di dunia harus menanam. Ya, menanam apa saja untuk dipanen di akhirat.
Tentu, dalam nasihat Islam, kita idealnya hanya menanam tanaman yang bermanfaat; menyemai bibit yang menghidupi, menabur benih-benih yang memberkahi kehidupan. Mengapa ini diajarkan? Ya, agar kita tidak salah menanam. Karena sunatullahnya, bagi yang menanam padi, akan memanen padi; sesiapa yang menabur benih kedelai dan jagung maka suatu saat akan memetik kedelai dan jagung. Sebaliknya, siapapun yang menyemai biji cabai, pasti akan memetik cabai. Dan seterusnya.
Allah berfirman yang artinya, Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Qs. Al-Zalzalah 7-8)
Di samping agar tidak salah dalam menanam, juga agar tidak menelantarkan sawah ladang sehingga hanya ditumbuhi semak belukar yang tak ada gunanya atau bahkan ditumbuhi rumput-rumput berduri yang menyakiti.
Sembari menanam kita juga harus merawat tanaman secara terus menerus seperti dengan mengairi secara cukup, memberi pupuk, menyiangi segala gulma atau parasit lainnya dan bahkan memagarinya agar terjaga.
Begitulah hidup di dunia ini, sebagai sawsh ladang kita mesti menanam kebaikan, menyemai bibit-bibit kebajikan, menabur biji-bijian yang mendatangkan kemaslahatan bagi seluas-luasnya kehidupan. Sebagai wujud arkanul iman, kuta menunaikan arkanul islam (syahadat, shslat, puasa, zakat dan haji) dan menunaikan ibadah sunat yang disyariatkan (dzikir, shalat malam, witir, shalat rawatib, shalat dhuha, tilawah qur'an dst). Di samping hamblum minallah, kita juga meneguhkan hablum minannas (seperti tolong menolong, saling menghormati, saling berbagi dst) dan hablum minal bi'ah (seperti menjaga kelestarian lingkungan, memeliara flora dan faunanya, menjaga keasrian dan kebersihan lingkungan, dst).
Di samping melakukan kebaikan seperti diilustrasikan di atas, kita juga tidak akan pernah menyi-nyiakan kesempatan hidup di dunia ini, apalagi bagi kita yang masih dianugrahi umur panjang. Bisa jadi sebelum ini ada salah tanam, salah mengambil bibit sehingga salah kita taburkan atau bahkan tidak menanam apapun, maka kini saatnya kita tata ulang. Kita pilih benih-benih yang baik untuk ditanam agar tidak menyesal kemudian.
Sembari berbuat kebajikan kita juga harus senantiasa memohon kepada Allah agar bisa istikamah dalam ketaatan. Kita juga harus berusaha merawat amal kebajikan kita dengan terus mempertahanksn atau bahkan meningkatkan kuantitas dan kualitasnya. Di samping itu kita juga mesti berhati-hati dalam menjaganya dari riya, ujub dan takabur.
Oleh karena itu, kini kita memulai dan atau meneruskan dalam menanam kebaikan demi kebaikan, kebajikan demi kebajikan, kesalihan demi kesalihan sembari menikmati buah kebahagiaan di dunia ini hingga disempurnakan kebahagiaannya di akhirat nanti. Aamiin ya Rabb.